Laman

Kamis, 20 Maret 2014

Mereka (Kami) Mahasiwa adalah Koruptor

Mereka (Kami) Mahasiwa adalah Koruptor

Anda tahu siapa yang orang diatas?
Dia adalah “Joker”, musuh Batman dalam film The Dark Knight yang tayang pada tahun 2008 lalu. Bagi anda yang belum menonton, sisihkan lah uang anda untuk membeli atau menyewa DVDnya film ini karena banyak hal positif yang akan anda dapat dari film ini.
Film The Dark Knight amat lah terkenal ditahunnya, dan bahkan sampai detik ini dinobatkan sebagai salah satu film terbaik di dunia. Dibalik kepopuleran dan keistimewaan film tersebut, terdapat hal yang sangat menarik yang sangat disayangkan bila luput dari perhatian anda yang sudah menonton.
Apa itu?
Walaupun film ini adalah film Batman yang tentunya menjadikan Batman sebagai jagoannya, Sang Batman justru kalah pamor dari musuhnya si Joker dalam film ini. Karakter Joker dalam film ini sampai sekarang masih dikenang oleh banyak penikmat film dan disebut-sebut sebagai penjahat paling gila dalam sejarah perfilman dunia.
Tak ada motif dan tak ada tujuan. Joker menjadi penjahat bukan untuk mendapat uang, bukan juga untuk membalas dendam. Joker di film ini digambarkan sebagai orang yang teramat sadis, dia terlihat jauh lebih kejam dari iblis. Entah sebutan apa yang cocok untuk menggambarkan sosok Joker di film ini, mungkin satu-satunya kata yang pas untuk menyebutnya adalah “Agen Kekacauan”. Kata-kata yang justru keluar dari mulutnya sendiri dalam sebuah adegan percakapan di film tersebut.
Yap, joker difilm ini seolah terlahir ke bumi sebagai pengacau yang siap mengacaukan segala nilai, norma, nurani manusia. Otaknya lebih dari jenius, tak ada seorang pun yang dianggapnya sebagai teman bahkan dia tak memiliki sosok manusia untuk ia sayangi. Dia tak segan membunuh anak buah yang sedang memabantunya atau pun menembak orang yang tak disukainya.
Keistimewaan nomor satu dan yang benar-benar harus anda cermati dari penggambaran Joker di film tersebut adalah momen-momen dimana dia melancarkan segala aksi terornya kepada rakyat di film tersebut. Dia seolah-olah sedang menguji hati nurani orang-orang di film tersebut dan bahkan kita sebagai penonton. Joker tak pernah takut dibunuh oleh Batman, bahkan Joker senang bila Batman sampai hati berniat membunuhnya. Joker seolah menguji sampai dimana hati nurani sang Batman, “Tega kah seorang Batman membunuh orang walau orang itu jahat seperti Joker?” pertanyaan itu terus menerus diberikan Joker kepada Batman lewat setiap aksinya. Batman yang selama ini menjadi lambang kebaikan dan keadilan, ditantang oleh Joker untuk menghilangkan segala kebaikan hatinya agar mau membunuh si Joker.
Joker menantang semua orang untuk melihat kedalam diri masing-masing untuk mempertanyakan pertanyaan “sebenarnya anda ini orang baik atau orang jahat, orang-orang yang selama ini anda anggap jahat itu adalah seorang penjahat atau orang baik?” Joker membuat pertanyaan tersebut terus tertanam di diri rakyat dalam film tersesbut. Dalam setiap terornya Joker menggunakan 2 hal yang menjadi titik lemah manusia yaitu:
-          Teror melalui rasa sakit serta ketakutan manusia tentang kematian.
-          Teror yang memanfaatkan ketamakan manusia yang amat mencintai hartanya.
Part terbaik yang menggambarkan itu semua ada dibagian akhir film, dimana Joker berhasil membagi 2 golongan masyarakat kedalam 2 buah kapal yang berberbeda. Dimana yang satunya berisi rakyat sipil dan para tahanan penjara dikapal lainnya. Kedua kapal tersebut telah dipasangi bom oleh Joker yang apabila meledak pastinya akan menghancurkan seluruh penumpang kapal. Joker memberikan kemasing-masing kapal sebuah remot yang apabila tombolnya ditekan akan mampu meledakan kapal yang satunya. Dalam bagian ini, Joker menantang seluruh penumpang kapal, “apabila mereka ingin selamat maka mereka harus menekan tombol remot tersebut untuk meledakan kapal yang lainnyanya karena jika tidak ada yang menekan tombol tersebut maka kedua kapal tersebut akan diledakkan oleh si Joker”.
Disini terliah benar bahwa semua orang benar-benar sedang di uji oleh Joker, bukan cuma rakyat sipil dan para tahanan dimasing-masing kapal, namun juga kita para penonton. Kita ditantang untuk memilih menyelamatkan rakyat atau para tahanan penjara. Joker seolah ingin tahu batas hati nurani kita sebagai seorang manusia, maukah kita membunuh orang lain demi agar diri kita tetap hidup? Tegakah kita melakukan hal tersebut.
Mungkin anda bertanya-tanya, apa hubungan judul artikel ini dengan segala hal tentang Joker yang saya jelaskan diatas? Sabar, sekarang kita masuk ke intinya.
Setelah segala penjelasan panjang yang saya jelaskan tentang Joker tadi, saya akan mengajak anda untuk merenung dan berpikir apakah anda yang merupakan seorang Mahasiswa apalagi yang berteriak-teriak membenci Koruptor adalah “orang yang baik?” Atau jangan-jangan anda lah salah satu dari sekian banyak Koruptor yang menyengsarakan rakyat?


Jika saya mulai dengan contoh-contoh korupsi kecil, mungkin anda semua hanya akan segera meninggalkan artikel ini untuk melanjutkan aktivitas anda. Kita semua sudah tahu contoh-contoh dari korupsi kecil seperti yang terlah diperlihatkan gambar diatas. Titip absen, mencontek ketika ujian, atau datang terlambat dalam belajar ataupun bekerja adalah beberapa hal kecil yang merupakan cikal bakal antek-antek korupsi yang dilakukan oleh mahasiswa.
Pada artikel ini, saya akan membeberkan salah-satu korupsi terbesar sering dilakukan mahasiswa nyaris di seluruh donesia.
Apa itu? Apa anda bisa menebaknya?
Jawabannya adalah BEASISWA!!!
Ya, penyalahgunaan uang beasiswa adalah salah satu “Korupsi besar” yang dilakukan oleh banyak mahasiswa di Indonesia. Praktek ini tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa kacangan, mereka yang selama ini berteriak sok pahlawan untuk memerangi Korupsi di Indonesia pun tanpa sadar juga melakukan praktek ini hingga sekarang.
Sebelum saya lanjutkan artikel saya ini, saya mau memperkenalkan dulu sedikit tentang diri saya. Saya adalah seorang mahasiswa semester 4 di sebuah perguruan tinggi di pulau Jawa, jadi sedikit banyak saya kenal dengan banyak mahasiwa dan system dari berbagai Universitas lain. Dan karena itu saya cukup memiliki orientasi dalam menulis fakta dibawah ini.
Oke kita mulai faktanya!!
Dibeberapa kampus, terutama kampus Negeri di Indonesia. Tiap-tiap kampus diberikan jatah beasiswa sekian puluh juta oleh pemerintah. Lebih dari 50% uang beasiswa tersebut ditujukan kepada mahasiswa-mahasiwa yang tidak mampu membayar uang perkuliahannnya (Miskin) dan sisanya diberikan kepada mahasiswa yang berprestasi tinggi tanpa memandang bulu latar belakang keluarganya.
Hal yang perlu anda garis bawahi adalah uang beasiswa yang ditujukan untuk mahasiswa dan mahasiswi yang kondisi keluarganya tidak mampu membayar uang kuliah. Beasiswa ini hanya berhak diterima bagi mereka yang memang dalam keadaan tidak mampu, dan mereka yang berada dalam keluarga mampu sangat diharamkan untuk menerima uang beasiswa ini.
Jika dalam sebuah Universitas, ternyata mahasiswanya jarang yang berasal dari keluarga tidak mampu, tentunya uang beasiswa tersebut akan tersisa amat banyak dan biasanya akan hilang entah kemana (dugaan terkuat uang sisa tersebut dikorupsi oleh pengurusnya).
Dalam praktek nyatanya, ternyata banyak mahasiswa dan mahasiwi yang berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Kebanyakan dari mereka justru berasal dari keluarga mampu. Mereka yang sebenarnya tak membutuhkan uang ini, justru berlomba-lomba untuk mendapatkan uang beasiswa ini.
Karena latar belakang keluarga mereka yang berkecukupan, uang yang mereka dapatkan biasanya bukan untuk bayaran semester, kebanyakan dari mereka justru mempergunakan uang yang bukan haknya tersebut sebagai “Uang Jajan”. Dan yang anehnya, kebanyakan dari mereka justru bangga ketika mendapatkan uang tersebut dan dengan bangga pula memamerkan barang-barang yang mereka beli dari uang tersebut.
Pertanyaan yang muncul dalam benak saya tentang hal ini adalah “Apa uang yang mereka gunakan itu halal?”,
Apabila mereka menggunakan uang tersebut untuk membantu orang lain, apakah itu akan dihitung Tuhan sebagai pahala?
Bukankah hal tersebut sama saja seperti “Robin Hood yang memberikan rakyatnya harta dan makanan yang didapatnya dari hasil mencuri dan merampas hak dang bukan miliknya”.
Ironis, cuma kata itu yang bisa saya ucapkan.
Mereka yang punya rumah, motor, bahkan mobil. Mereka yang sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan pergi ke Mall untuk belanja atau menonton film mau bersusah-payah untuk mengurus semua persyaratan untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Kebanyakan dari anda pasti tahu apa syarat terpenting untuk mendapatkan uang beasiswa yang ditujukan bagi orang-orang tak mampu? Ya, tebakan anda benar, syarat terpenting dari beasiswa tersebut adalah memiliki “Surat Keterengan Tidak Mampu”. Surat yang amat berlawanan dengan keadaan mereka sesungguhnya, dan mereka rela mendapatkan surat kebohongan tersebut demi sejumlah uang yang tak seberapa.
Ada hal yang lucu dari pelaksanaan korupsi ini, hal lucu tersebut adalah ..
Ketika ada orang yang menasihati mereka untuk tidak melakukannya, mereka justru menjawab dengan jawaban seperti ini “alah tak usah munafik kau, lagipula uang ini memang akan lebih baik bila kita yang gunakan, jika kita tidak mengambilnya nanti uangnya akan kemana? Pasti akan diambil oleh mereka-mereka yang tidak bertanggung jawab diatas sana. Jadi menurutku lebih baik kita gunakan saja uangnya, toh uang ini memang ditujukan untuk kita para mahasiswa”.
Sekarang saya minta anda pahami kata-kata diatas dan gunakan hati nurani kalian yang terdalam. Pikirkan dengan seksama,
-          Apakah kata-kata tersebut pantas keluar dari mulut seorang mahasiswa?
-          Apakah kata-kata tersebut menggambarkan bahwa mahasiswa-mahasiswa di Negara kita adalah mahasiswa harapan ang akan bertingkah jujur dan memperbaiki bangsa kita kedepannya nanti?
-          Dan apakah yang membedakan perkataan tersebut dengan perkataan yang keluar dari mulut seorang Koruptor?!!!!!!!
Pernah kah anda membayang kan seorang koruptor ketika sebelum mengambil uang yang bukan haknya tersebut berkata seperti ini “alah dari pada nih uang nanti jatoh ketangan orang-orang gak jelas, dan dipakai cuma buat main judi. Mending uang ini kuambil untuk membiayai seluruh anggota keluargaku, untuk mempenuhi setiap kebutuhanku dan untuk menyenangkan seluruh hati keluargaku serta mencerdaskan anak-anakku”.
Sekarang apa yang anda pikirkan?
Saya tak pernah berniat menjadi seorang provokator atau orang yang sok suci dengan memberikan anda ceramah panjang macam ini. Saya hanya seorang pemuda Indonesia yang menginginkan negaranya bangkit berdiri, seorang pemuda yang ingin masyarakat di negaranya maju dan tidak lagi dalam keadaan mengenaskan macam sekarang. Saya hanya ingin melihat saya dan kalian semua berdiri sejajar dengan orang-orang di Negara maju sana yang selama ini merendahkan kita.
Jujur, artikel ini saya ketik setelah saya shalat subuh dalam keadaan air mata yang mengalir membasahi pipi karena saya marah, saya kesal, saya benci, namun saya masih menaruh harapan pada Negara saya.
Melihat mahasiwa dan mahasiswi yang nantinya menjadi penerus bangsa, mereka yang diharapkan akan mampu membawa perubahan ke arah postif untuk bangsa jutru melakukan hal tersebut dengan seenaknya. Membuat alasan-alasan tak logis demi mendapatkan yang mereka butuhkan. Sunggugh merupakan gambaran yang sangat kelam dari para penerus bangsa ini.
Mungkin ini lah waktu kita untuk mengingat dan merenungkan cerita tentang “Joker” tadi, dimana ia yang jahat tersebut menguji batas nurani manusia dengan pertanyaan simple. “Masihkah anda akan menjadi orang baik ketika anda digiurkan dengan uang/harta, dan masihkah anda mampu menjaga nurani anda ketika anda dalam keadaan yang terdesak”.
Pertanyaan dari Joker itu terus terngiang sampai detik ini ditelinga saya, apa hanya segini kualitas hati nurani kita sebagai manusia?
Apakah anda yang sudah terlanjur melakukan korupsi macam tadi akan terus melanjutkannya? Apakah jika uang beasiswa tersebut tak kita ambil dan pada akhirnya uang tersebut dikorupsi oleh para pejabat maka kita boleh melakukan hal semacam itu?
Apakah hanya sebatas itu hati nurani kita sebagai manusia? Tidakkah kita bangkit dan memikirkan cara untuk memberantas koruptor-koruptor yang akan mengkorupsi uang beasiswa yang tak kita ambil tersebut, bukan justru kita ikut terjun melakukan praktek korupsi. Bukan kah jika kita melakukan hal tersebut membuat kita tak ada bedanya dengan  mereka para Koruptor.

Wahai ibu pertiwi, maafkan kami yang t6erus merendahkan dirimu demi kebutuhan terhadap diri kami.
Wahai ibu pertiwi, maafkan kami yang tak berdaya mengangkatmu karena kami tak lagi memiliki hati nurani.
Wahai ibu pertiwi masih sempatkah kami melihatmu berdiri sebelum hidup laknat kami ini  diambil kembali oleh Tuhan?
Maaf ibu pertiwi …

Mereka (Kami) mahasiswa ternyat tak lebih dari seorang Koruptor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar