Laman

Rabu, 19 Maret 2014

Kecewa Jokowi Nyapres !

Kecewa Jokowi Nyapres !
Berita ini saya ketahui melalui twitter ketika saya berada di dalam kereta Commuter Line, dalam perjalanan pulang ke rumah tercinta di Bekasi. Terkejut, itu reaksi pertama saya ketika membacanya.
Apa alasan saya harus terkejut? Bukankah dalam beberapa bulan terkahir Pak Jokowi memang terdengar santer diberitakan menjadi kandidat kuat Calon Presiden dari PDI-P?
Ya, saya tahu itu semua. Tapi melihat pola tingkah laku Pak Jokowi di TV dengan segala kerendahan hatinya, saya sangat percaya diri bahwa beliau akan menolak tawaran tersebut sekalipun itu permintaan dari ketua umum partai yang membesarkan namanya. Namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Seluruh kepercayaan saya luntur dalam sedetik ketika membaca berita tersebut, Pak Jokowi benar-benar Nyapres.
Namun dibalik semua kekecewaan saya, terbesit sebuah teori politik dalam pikiran, dan itu saya namakan “Teori Politik Somplak”. Sebalum saya jelaskan tentang teori tersebut, saya mau sedikit bercerita. Saya masih 19 tahun, jika diberi umur oleh Tuhan Yang Maha Esa, maka tahun ini adalah pertama kalinya saya mengikuti PEMILU. Karena status saya yang merupakan seorang mahasiswa jurusan sosial, maka saya pun secara tidak langsung ditarik masuk untuk menyelami dunia politik bangsa kita. Saya bukanlah pendukung PDI-P atau kader partai lain selain PDI-P. Bahkan sejak kecil saya sudah mendapat doktrin dari orang-orang terdekat bahwa Megawati itu tak layak menjadi seorang Presiden, sehingga dalam diri saya tertanamlah sedikit rasa kurang suka kepada ibu Megawati. Namun dibalik kekurang sukaan saya kepada sang anak proklamator. Saya akui bahwa partainya lah yang akhir-akhir ini paling atraktif dalam menelurkan pemimpin-pemimpin muda yang sampai detik ini saya anggap baik, sepertu pak Jokowi dan Ganjar Pranowo sang Gubernur Jawa Tengah. Kharisma pemimpin-pemimpin baru ini saya anggap jauh diatas ketua umum partainya yang berkali-kali gagal dalam PEMILU.
Tahun ini, menjelang PEMILU 2014 partai politik sudah mondar-mandir dibanyak media mulai dari Televisi, Koran bahkan sampai baliho dipinggir jalan. Dari semua berita politik tersebut, yang paling menarik perhatian saya adalah kemenangan mutlak Jokowi atas survey Calon Presiden dari berbagai lembaga survey di Indonesia. Menurut saya, tentu saja hal tersebut membuat bingung seluruh petinggi partai di Indonesia, bertahun-tahun mereka berperang strategi demi mendapatkan kursi nomor 1 di Indonesia dengan lawan yang itu-itu saja. Dan tiba-tiba kalah begitu saja oleh sesosok manusia baru yang berasal dari kota kecil yang tak sengaja dicalonkan mejadi Gubernur Jakarta.
Tak ada yang menyangka Pak Jokowi si mantan walikota Solo merangsak naik menjadi politikus paling populer di Indonesia dengan segala kebijakannya yang sedikit demi sedikit berhasil membenahi keruuwetan Jakarta. Saya berani menjamin bahwa ibu Megawati Soekarnoputri sendiri tak pernah menyangka bahwa orang yang dicalonkan partainya tersebut mampu sepopuler itu, bahkan jauh meninggalkan dirinya. Beberapa tahun yang lalu sempat santer terdengar kabar bahwa apabila Bu Mega tak lagi mencalonkan diri sebagai Calon Presiden, maka kandidat kuat penggantinya ya tak lain dan tak bukan adalah Puan putrinya.
Sekarang kita masuk ke “Teori Somplak” saya. Bu Mega yang selama ini ngebet ingin menjadi Presiden tahu bahwa dirinya tetap tak akan menang tahun ini, dan karena salah satu anak dari partainya yaitu pak Jokowi menjadi calon terkuat pada PEMILU kali ini maka diambilah jalan tengah yaitu “jadikan Jokowi presiden”. Skenario tersebut secara tidak langsung menjadikan bu Mega Presidennya Presiden ketika Pak Jokowi terpilih menjadi Presiden. Mengapa demikian?
Pernah kah anda terpikir? Mana yang lebih tinggi jabatannya, Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau Ketua Umum sebuah partai di Indonesia? Coba gunakan logika anda, Gubernur adalah kepala tertinggi dari sebuah provinsi yang didalamnya terdapat banyak rakyat yang bergantung kepadanya, sedangkan seorang ketua partai? Ada tak ada dirinya maupun partainya apakah berdampak buat Negara? Saya rasa tidak sama sekali. Ya walaupun Pak Jokowi memang menjadi Gubernur Jakarta karena dicalonkan PDI-P, toh itu bukan jadi alasan utuk pak Jokowi harus menurut kepada semua hal yang diperintahkan oleh ketua partainya.
Jika saat menjadi Gubernur saja pak Jokowi masih menurut dengan segala perkataan ketua partainya, bukan tidak mungkin beliau akan tetap menurut ketika beliau menjadi seorang Presiden tadi. Dan bila “Teori Somplak” saya ini benar-benar terjadi maka itu sama saja kemenangan untuk bu Mega. Walaupun beliau tak menjadi seorang Presiden, namun beliaulah otak dari sang Presiden. Coba pikirkan pernyataan saya dibawah ini:
Di awal-awal masa jabatannya dahulu, pak Jokowi dan pasangannya Ahok langsung menggebrak Jakarta dengan berbagai eksekusi programnya, dan hal tersebut disambut baik oleh banyak warga Jakarta yang akhirnya mengantarkan Jokowi ke tangga tertinggi dalam setiap survey Calon Presiden. Namun entah ini hanya perasaan saya tau andapun merasakannya. Akhir-akhir ini saya merasa banyak kebijakan dari pemerintahan pak Jokowi yang melempem. Dan berdasarkan teori saya tadi sebab itu semua adalah karena pak Jokowi sedang banyak-banyaknya didoktrin untuk menjadi Presiden. Mungkin sekarang, setiap malam beliau dan timnya sedang sibuk menyusun program untuk masa jabatan bila dia terpilih sebagai Presiden nanti. Dan itu semua membuat konsentrasi belau dalam membenahi Jakarta menjadi jauh berkurang.
Pak Jokowi, anda adalah pemimpin Jakarta dan sebelum masa jabatan anda berakhir nanti. Saya dan teman-teman tetap akan menganggap anda seorang Gubernur Jakarta yang nyaris berhasil membenahi Jakarta. Dan maafkan segala tulisan saya ini, karena saya dan komunitas saya ini dengan tegas sangat menyesalkan keputusan anda. Banyak orang mengenal anda karena anda menjadi gubernur Jakarta, jika bukan karena itu mungkin kami tak pernah memperdulikan keberadaan anda. Tugas anda untuk Jakarta belum selesai Pak. Masih sangat banyak PR untuk anda di Jakarta, biarkan orang baik lain yang natinya mejadi Presiden Negara kita. Jika bapak naik nanti, saya khawatir bapak hanya akan menjadi boneka yang didikendalikan oleh partai yang amat bapak patuhi itu.
Jadi saya dan teman-teman saya dari Crayon Social Art amat sangat meminta bapak untuk berhenti dari niat bapak itu selagi belum terlambat. Terima kasih dan salam hormat saya.


Create: Ale

Tidak ada komentar:

Posting Komentar