Kecewa
Jokowi Nyapres !
Berita
ini saya ketahui melalui twitter ketika saya berada di dalam kereta Commuter
Line, dalam perjalanan pulang ke rumah tercinta di Bekasi. Terkejut, itu reaksi
pertama saya ketika membacanya.
Apa
alasan saya harus terkejut? Bukankah dalam beberapa bulan terkahir Pak Jokowi
memang terdengar santer diberitakan menjadi kandidat kuat Calon Presiden dari
PDI-P?
Ya,
saya tahu itu semua. Tapi melihat pola tingkah laku Pak Jokowi di TV dengan
segala kerendahan hatinya, saya sangat percaya diri bahwa beliau akan menolak
tawaran tersebut sekalipun itu permintaan dari ketua umum partai yang
membesarkan namanya. Namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Seluruh
kepercayaan saya luntur dalam sedetik ketika membaca berita tersebut, Pak Jokowi benar-benar Nyapres.
Namun
dibalik semua kekecewaan saya, terbesit sebuah teori politik dalam pikiran, dan
itu saya namakan “Teori Politik Somplak”. Sebalum saya jelaskan tentang teori
tersebut, saya mau sedikit bercerita. Saya masih 19 tahun, jika diberi umur
oleh Tuhan Yang Maha Esa, maka tahun ini adalah pertama kalinya saya mengikuti
PEMILU. Karena status saya yang merupakan seorang mahasiswa jurusan sosial,
maka saya pun secara tidak langsung ditarik masuk untuk menyelami dunia politik
bangsa kita. Saya bukanlah pendukung PDI-P atau kader partai lain selain PDI-P.
Bahkan sejak kecil saya sudah mendapat doktrin dari orang-orang terdekat bahwa
Megawati itu tak layak menjadi seorang Presiden, sehingga dalam diri saya
tertanamlah sedikit rasa kurang suka kepada ibu Megawati. Namun dibalik
kekurang sukaan saya kepada sang anak proklamator. Saya akui bahwa partainya
lah yang akhir-akhir ini paling atraktif dalam menelurkan pemimpin-pemimpin
muda yang sampai detik ini saya anggap baik, sepertu pak Jokowi dan Ganjar Pranowo
sang Gubernur Jawa Tengah. Kharisma pemimpin-pemimpin baru ini saya anggap jauh
diatas ketua umum partainya yang berkali-kali gagal dalam PEMILU.
Tahun
ini, menjelang PEMILU 2014 partai politik sudah mondar-mandir dibanyak media
mulai dari Televisi, Koran bahkan sampai baliho dipinggir jalan. Dari semua
berita politik tersebut, yang paling menarik perhatian saya adalah kemenangan
mutlak Jokowi atas survey Calon Presiden dari berbagai lembaga survey di Indonesia.
Menurut saya, tentu saja hal tersebut membuat bingung seluruh petinggi partai
di Indonesia, bertahun-tahun mereka berperang strategi demi mendapatkan kursi
nomor 1 di Indonesia dengan lawan yang
itu-itu saja. Dan tiba-tiba kalah begitu saja oleh sesosok manusia baru
yang berasal dari kota kecil yang tak sengaja dicalonkan mejadi Gubernur
Jakarta.
Tak
ada yang menyangka Pak Jokowi si mantan walikota Solo merangsak naik menjadi
politikus paling populer di Indonesia dengan segala kebijakannya yang sedikit
demi sedikit berhasil membenahi keruuwetan Jakarta. Saya berani menjamin bahwa
ibu Megawati Soekarnoputri sendiri tak pernah menyangka bahwa orang yang
dicalonkan partainya tersebut mampu sepopuler itu, bahkan jauh meninggalkan
dirinya. Beberapa tahun yang lalu sempat santer terdengar kabar bahwa apabila
Bu Mega tak lagi mencalonkan diri sebagai Calon Presiden, maka kandidat kuat
penggantinya ya tak lain dan tak bukan adalah Puan putrinya.
Sekarang
kita masuk ke “Teori Somplak” saya. Bu Mega yang selama ini ngebet ingin menjadi Presiden tahu bahwa
dirinya tetap tak akan menang tahun ini, dan karena salah satu anak dari
partainya yaitu pak Jokowi menjadi calon terkuat pada PEMILU kali ini maka
diambilah jalan tengah yaitu “jadikan Jokowi presiden”. Skenario tersebut
secara tidak langsung menjadikan bu Mega Presidennya Presiden ketika Pak Jokowi
terpilih menjadi Presiden. Mengapa demikian?
Pernah
kah anda terpikir? Mana yang lebih tinggi jabatannya, Gubernur Daerah Khusus
Ibukota Jakarta atau Ketua Umum sebuah partai di Indonesia? Coba gunakan logika
anda, Gubernur adalah kepala tertinggi dari sebuah provinsi yang didalamnya
terdapat banyak rakyat yang bergantung kepadanya, sedangkan seorang ketua
partai? Ada tak ada dirinya maupun partainya apakah berdampak buat Negara? Saya
rasa tidak sama sekali. Ya walaupun Pak Jokowi memang menjadi Gubernur Jakarta
karena dicalonkan PDI-P, toh itu bukan jadi alasan utuk pak Jokowi harus menurut
kepada semua hal yang diperintahkan oleh ketua partainya.
Jika
saat menjadi Gubernur saja pak Jokowi masih menurut dengan segala perkataan
ketua partainya, bukan tidak mungkin beliau akan tetap menurut ketika beliau
menjadi seorang Presiden tadi. Dan bila “Teori Somplak” saya ini benar-benar
terjadi maka itu sama saja kemenangan untuk bu Mega. Walaupun beliau tak
menjadi seorang Presiden, namun beliaulah otak dari sang Presiden. Coba pikirkan pernyataan saya dibawah ini:
Di
awal-awal masa jabatannya dahulu, pak Jokowi dan pasangannya Ahok langsung
menggebrak Jakarta dengan berbagai eksekusi programnya, dan hal tersebut
disambut baik oleh banyak warga Jakarta yang akhirnya mengantarkan Jokowi ke
tangga tertinggi dalam setiap survey Calon Presiden. Namun entah ini hanya
perasaan saya tau andapun merasakannya. Akhir-akhir ini saya merasa banyak
kebijakan dari pemerintahan pak Jokowi yang melempem. Dan berdasarkan teori
saya tadi sebab itu semua adalah karena pak Jokowi sedang banyak-banyaknya
didoktrin untuk menjadi Presiden. Mungkin sekarang, setiap malam beliau dan
timnya sedang sibuk menyusun program untuk masa jabatan bila dia terpilih
sebagai Presiden nanti. Dan itu semua membuat konsentrasi belau dalam membenahi
Jakarta menjadi jauh berkurang.
Pak Jokowi, anda adalah pemimpin
Jakarta dan sebelum masa jabatan anda berakhir nanti. Saya dan teman-teman tetap
akan menganggap anda seorang Gubernur Jakarta yang nyaris berhasil membenahi
Jakarta. Dan maafkan segala tulisan saya ini, karena saya dan komunitas saya
ini dengan tegas sangat menyesalkan keputusan anda. Banyak orang mengenal anda
karena anda menjadi gubernur Jakarta, jika bukan karena itu mungkin kami tak
pernah memperdulikan keberadaan anda. Tugas anda untuk Jakarta belum selesai
Pak. Masih sangat banyak PR untuk anda di Jakarta, biarkan orang baik lain yang
natinya mejadi Presiden Negara kita. Jika bapak naik nanti, saya khawatir bapak
hanya akan menjadi boneka yang didikendalikan oleh partai yang amat bapak
patuhi itu.
Jadi saya dan teman-teman saya dari
Crayon Social Art amat sangat meminta bapak untuk berhenti dari niat bapak itu
selagi belum terlambat. Terima kasih dan salam hormat saya.
Create:
Ale
Tidak ada komentar:
Posting Komentar