Laman

Rabu, 19 Maret 2014

Tahun Politik, Awas Ditipu Politikus

Tahun Politik, Awas Ditipu Politikus
Kampanye terbuka sudah dimulai dan semua partai mulai kampanye secara terang-terangan di berbagai tempat dan media. Hingga waktu yang saya sendiri belum tahu kapan, pemandangan kita akan dikotori oleh gambar-gambar orang yang belum kita kenal. Beberapa media yang notabene pemiliknya adalah seorang politikus atau kerabatnya politikus akan sibuk meng-ekspos kekurangan politikus lain beserta partainya yang menjadi lawan dari sang pemilik media. Bahkan, para pejabat pemerintahan yang seharusnya mengurus Negara memohon izin untuk bergabung bersama partainya untuk ikut berkampanye demi mempertahankan kursi di pemerintahan selanjutnya. Tak adalagi teman dalam setahun ini, semua akan saling menjatuhkan. Menghalalkan segala cara agar menang dan sebisa mungkin menyembunyikannya dari media ataupun KPU.
Dari semua yang saya jabarkan diatas, kalimat terakhirlah yang harus anda amati baik-baik. Mereka, manusia-manusia yang sedang bertempur mati-matian akan melakukan segala cara demi memenangkan pertempuran ini. Segala cara berarti tidak dengan melulu cara yang baik, melainkan cara-cara yang tidak sportif. Para elit partai mereka tentunya akan mendukung segala cara yang membuat posisinya aman dan partainya menang, dan sebisa mungkin menutupi segala kesalahan yang dibuat partainya. Pertanyaannya, bagaimana mereka menutupi kasus-kasus pelanggaran tersebut? \
Ada yang tahu?
Berdasarkan apa yang saya ketahui, yang akan dilakukan para peserta tempur tersebut adalah membuat pengalih perhatian sebanyak-banyaknya.
Bagaimana caranya?
Caranya adalah dengan membuat berita-berita tak penting atau mebesar-besarkan berita yang sebenarnya tak penting, atau bisa juga membesar-besarkan masalah penting yang sebenarnya tak sebesar itu. Bingung? Sabar, akan saya jelaskan secara terperinci.
Apa anda suka menonton TV, atau melihat-lihat situs berita akhir-akhir ini? Jika iya, saya rasa yang anda lihat sama seperti saya. Mulai dari kasus yang gak penting sama sekali seperti kasus cerai Ayu Ting Ting, Farhat Abbas, sampai pemberitaan soal Al anak Ahmad Dhani yang isinya cuma pua-puji fisiknya yang memang sudah cakep dari kecil. Lalu ada kasus agak penting semacam kasus UGB yang menipu pasiennya (namun tak perlu dibesar-besarkan macam sekarang ini kan?), dan beberapa kasus penting yang seolah dibesar-besarkan seperti “kabut asap di Riau”.
Stop!
Jangan marah dulu baca tulisan “kabut asap Riau”. Ada alasan mengapa saya menyebut kasus asap Riau ini dibesar-besarkan. Sebelum anda marah, maka baca dulu penjelasan saya dibawah ini:
Sudah agak lama berita tentang kabut asap mengepung provinsi Riau (catat ini, provinsi, bukan kota lagi mainannya). Dari yang awalnya asap tersebut terbawa angin ke timur dan asapnya sampai ke Singapura dan Malaysia, hingga kini angin berbalik ke barat dan asapnya sekarang menyelimuti bagian barat Riau hingga ke provinsi Sumatera Barat. Selama ini, diberbagai media banyak terdengar berita yang begitu menggambarkan keadaan Riau yang sangat parah, mulai dari rakyat yang sudah mulai sakit hingga udara bersih yang tinggal beberapa persen lagi di Riau.
Prihatin, ya kita pasti prihatin. Bukan hanya anda, saya pun prihatin karena didaerah Sumatera Barat saya memiliki saudara yang terkena asap walau tak separah yang di Riau. Sejak awal pemberitaan ini saya sangat marah dan mengecam Pemerintah karena lamban dalam mengambil kebijakan untuk menyelesaikan masalah ini. Sampai beberapa hari yang lalu saya dibuat terkejut oleh suatu kejadian.
Ada kejadian lucu yang terjadi baru beberapa hari yang lalu dan itu ditonton oleh 1 keluarga saya atau mungkin anda yang sekarang sedang membaca artikel ini. Pada waktu itu saya lupa tanggal berapa, kira-kira pukul 10 pagi saya dan keluarga sedang sarapan pagi sambil bercengkrama karena saya baru pulang setelah 3 minggu meninggakan rumah untuk kuliah (anak kosan).
Saat itu kami sedang asyik menonton TV yang menyiarkan berita tentang kabut asap yang sudah kronis di Riau, seperti yang sudah saya sebutkan diatas beritanya begitu membuat kami sedih. Lalu setelah agak bosan menonton berita yang diulang-ulang nyaris setengah jam, ibu saya yang suka nonton gosip memindahkan chanel TV ke stasiun TV lain dan terkejut lah kami. Saat itu salah satu stasiun TV yang kami tonton sedang menayangkan acara infotaiment yang sedang mengadakan kuis telepon (macam di P*sbuker atau YK* dll). Tak ada yang aneh memang dengan kuisnya, yang menurut saya aneh itu adalah peserta kuisnya. Peserta kuis tersebut adalah seorang pria yang saat ditanya alamatnya dimana, dia menjawab dengan lugas bahwa dia menelpon dari “Pekan Baru, Riau”.
Baiklah, sampai sini apakah anda sudah menemukan sesuatu yang mengganjal? Jika belum mari baca lagi.
Mana mungkin ada warga yang sedang terkena bencana yang sebegitu parah masih sempat menonton TV dan menelpon untuk mengikuti kuis berhadiah? Dan yang lebih lucunya lagi, ketika si penelpon menjawab dengan benar pertanyaan yang amat gampang dari si presenter, dia begitu terlihat gembira. Lucu gak sih? Kalau emang Riau sedang terkena kabut asap yang amat parah kenapa dia gak nelpon buat minta tolong? Jelas-jelas dia mengaku beralamat di Pekan Baru, Riau yang merupakan salah satu titik terparah dari kabut asap, dan tak mungkin juga orang dipengungsian masih sempat menonton TV apalagi kepikiran untuk ikut kuis bukan?
So, dari cerita saya diatas. Saya jadi ragu, apa benar Riau separah itu? Kenapa ada warganya yang masih bisa santai-santai? Sejak itu mulailah timbul kecurigaan saya, jangan-jangan semua berita tentang Riau ini sengaja dibesar-besarkan oleh media yang notabene milik para petinggi partai politik yang sedang bertempur tadi. Berita Riau yang pastinya menguras emosi warga Indonesia sengaja dibesar-besarkan agar saya, anda, dan kita semua rakyat Indonesia tak memperhatikan lagi gerak-gerik mereka. Semua berita tersebut dijadikan pengalih perhatian dari segala kecurangan-kecurangan yang mereka perbuat.
Tapi saya tidak memprovokasi anda untuk tidak menolong atau memperhatikan Riau loh ya? Saya Cuma mengajukan teori yang terpikir di otak saya. Ayo tetap bantu Riau tapi tolong pahami maksud artikel saya.
Tentu bukan hanya masalah-masalah Riau dan yang sudah saya paparkan diatas, masih banyak lagi masalah yang kedepannya akan begitu dibesar-besarkan. Pesan saya setelah anda membaca artikel ini, mulailah wapada dan jangan mudah tertipu pada pengalih-pengalih perhatian yang diciptakan para manusia-manusia rakus kekuasaan itu. Ayo kritis dan pasang mata serta telinga lebar-lebar.
Tahun ini adalah tahun politik, tahun yang menentukan nasib Negara kita 5 tahun kedepan. Jika anda salah pilih dengan memilih orang yang salah maka anda salah satu orang yang bertanggung jawab atas kehancuran Negara kita.

So, meminjam slogan bang Napi saya berpesan kepada anda, Waspadalah !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar