Tahun
Politik, Awas Ditipu Politikus
Kampanye
terbuka sudah dimulai dan semua partai mulai kampanye secara terang-terangan di
berbagai tempat dan media. Hingga waktu yang saya sendiri belum tahu kapan,
pemandangan kita akan dikotori oleh gambar-gambar orang yang belum kita kenal.
Beberapa media yang notabene pemiliknya adalah seorang politikus atau
kerabatnya politikus akan sibuk meng-ekspos kekurangan politikus lain beserta
partainya yang menjadi lawan dari sang pemilik media. Bahkan, para pejabat pemerintahan
yang seharusnya mengurus Negara memohon izin untuk bergabung bersama partainya
untuk ikut berkampanye demi mempertahankan kursi di pemerintahan selanjutnya.
Tak adalagi teman dalam setahun ini, semua akan saling menjatuhkan. Menghalalkan segala cara agar menang dan sebisa
mungkin menyembunyikannya dari media ataupun KPU.
Dari
semua yang saya jabarkan diatas, kalimat terakhirlah yang harus anda amati
baik-baik. Mereka, manusia-manusia yang
sedang bertempur mati-matian akan melakukan segala cara demi memenangkan
pertempuran ini. Segala cara berarti tidak dengan melulu cara yang baik,
melainkan cara-cara yang tidak sportif. Para elit partai mereka tentunya akan mendukung
segala cara yang membuat posisinya aman dan partainya menang, dan sebisa
mungkin menutupi segala kesalahan yang dibuat partainya. Pertanyaannya,
bagaimana mereka menutupi kasus-kasus pelanggaran tersebut? \
Ada
yang tahu?
Berdasarkan
apa yang saya ketahui, yang akan dilakukan para peserta tempur tersebut adalah
membuat pengalih perhatian sebanyak-banyaknya.
Bagaimana
caranya?
Caranya
adalah dengan membuat berita-berita tak penting atau mebesar-besarkan berita
yang sebenarnya tak penting, atau bisa juga membesar-besarkan masalah penting
yang sebenarnya tak sebesar itu. Bingung? Sabar, akan saya jelaskan secara
terperinci.
Apa
anda suka menonton TV, atau melihat-lihat situs berita akhir-akhir ini? Jika
iya, saya rasa yang anda lihat sama seperti saya. Mulai dari kasus yang gak
penting sama sekali seperti kasus cerai Ayu Ting Ting, Farhat Abbas, sampai
pemberitaan soal Al anak Ahmad Dhani yang isinya cuma pua-puji fisiknya yang memang
sudah cakep dari kecil. Lalu ada kasus agak penting semacam kasus UGB yang
menipu pasiennya (namun tak perlu dibesar-besarkan macam sekarang ini kan?),
dan beberapa kasus penting yang seolah dibesar-besarkan seperti “kabut asap di Riau”.
Stop!
Jangan
marah dulu baca tulisan “kabut asap Riau”.
Ada alasan mengapa saya menyebut kasus asap Riau ini dibesar-besarkan. Sebelum
anda marah, maka baca dulu penjelasan saya dibawah ini:
Sudah
agak lama berita tentang kabut asap mengepung provinsi Riau (catat ini,
provinsi, bukan kota lagi mainannya). Dari yang awalnya asap tersebut terbawa
angin ke timur dan asapnya sampai ke Singapura dan Malaysia, hingga kini angin
berbalik ke barat dan asapnya sekarang menyelimuti bagian barat Riau hingga ke
provinsi Sumatera Barat. Selama ini, diberbagai media banyak terdengar berita
yang begitu menggambarkan keadaan Riau yang sangat parah, mulai dari rakyat
yang sudah mulai sakit hingga udara bersih yang tinggal beberapa persen lagi di Riau.
Prihatin,
ya kita pasti prihatin. Bukan hanya anda, saya pun prihatin karena didaerah
Sumatera Barat saya memiliki saudara yang terkena asap walau tak separah yang
di Riau. Sejak awal pemberitaan ini saya sangat marah dan mengecam Pemerintah
karena lamban dalam mengambil kebijakan untuk menyelesaikan masalah ini. Sampai
beberapa hari yang lalu saya dibuat terkejut oleh suatu kejadian.
Ada
kejadian lucu yang terjadi baru beberapa hari yang lalu dan itu ditonton oleh 1
keluarga saya atau mungkin anda yang sekarang sedang membaca artikel ini. Pada
waktu itu saya lupa tanggal berapa, kira-kira pukul 10 pagi saya dan keluarga sedang
sarapan pagi sambil bercengkrama karena saya baru pulang setelah 3 minggu
meninggakan rumah untuk kuliah (anak kosan).
Saat
itu kami sedang asyik menonton TV yang menyiarkan berita tentang kabut asap
yang sudah kronis di Riau, seperti yang sudah saya sebutkan diatas beritanya
begitu membuat kami sedih. Lalu setelah agak bosan menonton berita yang
diulang-ulang nyaris setengah jam, ibu saya yang suka nonton gosip memindahkan
chanel TV ke stasiun TV lain dan terkejut lah kami. Saat itu salah satu stasiun
TV yang kami tonton sedang menayangkan acara infotaiment yang sedang mengadakan
kuis telepon (macam di P*sbuker atau YK* dll). Tak ada yang aneh memang dengan
kuisnya, yang menurut saya aneh itu adalah peserta kuisnya. Peserta kuis
tersebut adalah seorang pria yang saat ditanya alamatnya dimana, dia menjawab
dengan lugas bahwa dia menelpon dari “Pekan Baru, Riau”.
Baiklah,
sampai sini apakah anda sudah menemukan sesuatu yang mengganjal? Jika belum
mari baca lagi.
Mana
mungkin ada warga yang sedang terkena bencana yang sebegitu parah masih sempat
menonton TV dan menelpon untuk mengikuti kuis berhadiah? Dan yang lebih lucunya
lagi, ketika si penelpon menjawab dengan benar pertanyaan yang amat gampang
dari si presenter, dia begitu terlihat gembira. Lucu gak sih? Kalau emang Riau
sedang terkena kabut asap yang amat parah kenapa dia gak nelpon buat minta
tolong? Jelas-jelas dia mengaku beralamat di Pekan Baru, Riau yang merupakan
salah satu titik terparah dari kabut asap, dan tak mungkin juga orang
dipengungsian masih sempat menonton TV apalagi kepikiran untuk ikut kuis bukan?
So,
dari cerita saya diatas. Saya jadi ragu, apa benar Riau separah itu? Kenapa ada
warganya yang masih bisa santai-santai? Sejak itu mulailah timbul kecurigaan
saya, jangan-jangan semua berita tentang Riau ini sengaja dibesar-besarkan oleh
media yang notabene milik para petinggi partai politik yang sedang bertempur
tadi. Berita Riau yang pastinya menguras emosi warga Indonesia sengaja
dibesar-besarkan agar saya, anda, dan kita semua rakyat Indonesia tak
memperhatikan lagi gerak-gerik mereka. Semua berita tersebut dijadikan pengalih
perhatian dari segala kecurangan-kecurangan yang mereka perbuat.
Tapi
saya tidak memprovokasi anda untuk tidak menolong atau memperhatikan Riau loh
ya? Saya Cuma mengajukan teori yang terpikir di otak saya. Ayo tetap bantu Riau
tapi tolong pahami maksud artikel saya.
Tentu
bukan hanya masalah-masalah Riau dan yang sudah saya paparkan diatas, masih
banyak lagi masalah yang kedepannya akan begitu dibesar-besarkan. Pesan saya
setelah anda membaca artikel ini, mulailah wapada dan jangan mudah tertipu pada
pengalih-pengalih perhatian yang diciptakan para manusia-manusia rakus
kekuasaan itu. Ayo kritis dan pasang mata serta telinga lebar-lebar.
Tahun ini adalah tahun
politik, tahun yang menentukan nasib Negara kita 5 tahun kedepan. Jika anda
salah pilih dengan memilih orang yang salah maka anda salah satu orang yang
bertanggung jawab atas kehancuran Negara kita.
So, meminjam slogan
bang Napi saya berpesan kepada anda, Waspadalah !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar