Laman

Kamis, 20 Maret 2014

Mereka (Kami) Mahasiwa adalah Koruptor

Mereka (Kami) Mahasiwa adalah Koruptor

Anda tahu siapa yang orang diatas?
Dia adalah “Joker”, musuh Batman dalam film The Dark Knight yang tayang pada tahun 2008 lalu. Bagi anda yang belum menonton, sisihkan lah uang anda untuk membeli atau menyewa DVDnya film ini karena banyak hal positif yang akan anda dapat dari film ini.
Film The Dark Knight amat lah terkenal ditahunnya, dan bahkan sampai detik ini dinobatkan sebagai salah satu film terbaik di dunia. Dibalik kepopuleran dan keistimewaan film tersebut, terdapat hal yang sangat menarik yang sangat disayangkan bila luput dari perhatian anda yang sudah menonton.
Apa itu?
Walaupun film ini adalah film Batman yang tentunya menjadikan Batman sebagai jagoannya, Sang Batman justru kalah pamor dari musuhnya si Joker dalam film ini. Karakter Joker dalam film ini sampai sekarang masih dikenang oleh banyak penikmat film dan disebut-sebut sebagai penjahat paling gila dalam sejarah perfilman dunia.
Tak ada motif dan tak ada tujuan. Joker menjadi penjahat bukan untuk mendapat uang, bukan juga untuk membalas dendam. Joker di film ini digambarkan sebagai orang yang teramat sadis, dia terlihat jauh lebih kejam dari iblis. Entah sebutan apa yang cocok untuk menggambarkan sosok Joker di film ini, mungkin satu-satunya kata yang pas untuk menyebutnya adalah “Agen Kekacauan”. Kata-kata yang justru keluar dari mulutnya sendiri dalam sebuah adegan percakapan di film tersebut.
Yap, joker difilm ini seolah terlahir ke bumi sebagai pengacau yang siap mengacaukan segala nilai, norma, nurani manusia. Otaknya lebih dari jenius, tak ada seorang pun yang dianggapnya sebagai teman bahkan dia tak memiliki sosok manusia untuk ia sayangi. Dia tak segan membunuh anak buah yang sedang memabantunya atau pun menembak orang yang tak disukainya.
Keistimewaan nomor satu dan yang benar-benar harus anda cermati dari penggambaran Joker di film tersebut adalah momen-momen dimana dia melancarkan segala aksi terornya kepada rakyat di film tersebut. Dia seolah-olah sedang menguji hati nurani orang-orang di film tersebut dan bahkan kita sebagai penonton. Joker tak pernah takut dibunuh oleh Batman, bahkan Joker senang bila Batman sampai hati berniat membunuhnya. Joker seolah menguji sampai dimana hati nurani sang Batman, “Tega kah seorang Batman membunuh orang walau orang itu jahat seperti Joker?” pertanyaan itu terus menerus diberikan Joker kepada Batman lewat setiap aksinya. Batman yang selama ini menjadi lambang kebaikan dan keadilan, ditantang oleh Joker untuk menghilangkan segala kebaikan hatinya agar mau membunuh si Joker.
Joker menantang semua orang untuk melihat kedalam diri masing-masing untuk mempertanyakan pertanyaan “sebenarnya anda ini orang baik atau orang jahat, orang-orang yang selama ini anda anggap jahat itu adalah seorang penjahat atau orang baik?” Joker membuat pertanyaan tersebut terus tertanam di diri rakyat dalam film tersesbut. Dalam setiap terornya Joker menggunakan 2 hal yang menjadi titik lemah manusia yaitu:
-          Teror melalui rasa sakit serta ketakutan manusia tentang kematian.
-          Teror yang memanfaatkan ketamakan manusia yang amat mencintai hartanya.
Part terbaik yang menggambarkan itu semua ada dibagian akhir film, dimana Joker berhasil membagi 2 golongan masyarakat kedalam 2 buah kapal yang berberbeda. Dimana yang satunya berisi rakyat sipil dan para tahanan penjara dikapal lainnya. Kedua kapal tersebut telah dipasangi bom oleh Joker yang apabila meledak pastinya akan menghancurkan seluruh penumpang kapal. Joker memberikan kemasing-masing kapal sebuah remot yang apabila tombolnya ditekan akan mampu meledakan kapal yang satunya. Dalam bagian ini, Joker menantang seluruh penumpang kapal, “apabila mereka ingin selamat maka mereka harus menekan tombol remot tersebut untuk meledakan kapal yang lainnyanya karena jika tidak ada yang menekan tombol tersebut maka kedua kapal tersebut akan diledakkan oleh si Joker”.
Disini terliah benar bahwa semua orang benar-benar sedang di uji oleh Joker, bukan cuma rakyat sipil dan para tahanan dimasing-masing kapal, namun juga kita para penonton. Kita ditantang untuk memilih menyelamatkan rakyat atau para tahanan penjara. Joker seolah ingin tahu batas hati nurani kita sebagai seorang manusia, maukah kita membunuh orang lain demi agar diri kita tetap hidup? Tegakah kita melakukan hal tersebut.
Mungkin anda bertanya-tanya, apa hubungan judul artikel ini dengan segala hal tentang Joker yang saya jelaskan diatas? Sabar, sekarang kita masuk ke intinya.
Setelah segala penjelasan panjang yang saya jelaskan tentang Joker tadi, saya akan mengajak anda untuk merenung dan berpikir apakah anda yang merupakan seorang Mahasiswa apalagi yang berteriak-teriak membenci Koruptor adalah “orang yang baik?” Atau jangan-jangan anda lah salah satu dari sekian banyak Koruptor yang menyengsarakan rakyat?


Jika saya mulai dengan contoh-contoh korupsi kecil, mungkin anda semua hanya akan segera meninggalkan artikel ini untuk melanjutkan aktivitas anda. Kita semua sudah tahu contoh-contoh dari korupsi kecil seperti yang terlah diperlihatkan gambar diatas. Titip absen, mencontek ketika ujian, atau datang terlambat dalam belajar ataupun bekerja adalah beberapa hal kecil yang merupakan cikal bakal antek-antek korupsi yang dilakukan oleh mahasiswa.
Pada artikel ini, saya akan membeberkan salah-satu korupsi terbesar sering dilakukan mahasiswa nyaris di seluruh donesia.
Apa itu? Apa anda bisa menebaknya?
Jawabannya adalah BEASISWA!!!
Ya, penyalahgunaan uang beasiswa adalah salah satu “Korupsi besar” yang dilakukan oleh banyak mahasiswa di Indonesia. Praktek ini tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa kacangan, mereka yang selama ini berteriak sok pahlawan untuk memerangi Korupsi di Indonesia pun tanpa sadar juga melakukan praktek ini hingga sekarang.
Sebelum saya lanjutkan artikel saya ini, saya mau memperkenalkan dulu sedikit tentang diri saya. Saya adalah seorang mahasiswa semester 4 di sebuah perguruan tinggi di pulau Jawa, jadi sedikit banyak saya kenal dengan banyak mahasiwa dan system dari berbagai Universitas lain. Dan karena itu saya cukup memiliki orientasi dalam menulis fakta dibawah ini.
Oke kita mulai faktanya!!
Dibeberapa kampus, terutama kampus Negeri di Indonesia. Tiap-tiap kampus diberikan jatah beasiswa sekian puluh juta oleh pemerintah. Lebih dari 50% uang beasiswa tersebut ditujukan kepada mahasiswa-mahasiwa yang tidak mampu membayar uang perkuliahannnya (Miskin) dan sisanya diberikan kepada mahasiswa yang berprestasi tinggi tanpa memandang bulu latar belakang keluarganya.
Hal yang perlu anda garis bawahi adalah uang beasiswa yang ditujukan untuk mahasiswa dan mahasiswi yang kondisi keluarganya tidak mampu membayar uang kuliah. Beasiswa ini hanya berhak diterima bagi mereka yang memang dalam keadaan tidak mampu, dan mereka yang berada dalam keluarga mampu sangat diharamkan untuk menerima uang beasiswa ini.
Jika dalam sebuah Universitas, ternyata mahasiswanya jarang yang berasal dari keluarga tidak mampu, tentunya uang beasiswa tersebut akan tersisa amat banyak dan biasanya akan hilang entah kemana (dugaan terkuat uang sisa tersebut dikorupsi oleh pengurusnya).
Dalam praktek nyatanya, ternyata banyak mahasiswa dan mahasiwi yang berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Kebanyakan dari mereka justru berasal dari keluarga mampu. Mereka yang sebenarnya tak membutuhkan uang ini, justru berlomba-lomba untuk mendapatkan uang beasiswa ini.
Karena latar belakang keluarga mereka yang berkecukupan, uang yang mereka dapatkan biasanya bukan untuk bayaran semester, kebanyakan dari mereka justru mempergunakan uang yang bukan haknya tersebut sebagai “Uang Jajan”. Dan yang anehnya, kebanyakan dari mereka justru bangga ketika mendapatkan uang tersebut dan dengan bangga pula memamerkan barang-barang yang mereka beli dari uang tersebut.
Pertanyaan yang muncul dalam benak saya tentang hal ini adalah “Apa uang yang mereka gunakan itu halal?”,
Apabila mereka menggunakan uang tersebut untuk membantu orang lain, apakah itu akan dihitung Tuhan sebagai pahala?
Bukankah hal tersebut sama saja seperti “Robin Hood yang memberikan rakyatnya harta dan makanan yang didapatnya dari hasil mencuri dan merampas hak dang bukan miliknya”.
Ironis, cuma kata itu yang bisa saya ucapkan.
Mereka yang punya rumah, motor, bahkan mobil. Mereka yang sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan pergi ke Mall untuk belanja atau menonton film mau bersusah-payah untuk mengurus semua persyaratan untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Kebanyakan dari anda pasti tahu apa syarat terpenting untuk mendapatkan uang beasiswa yang ditujukan bagi orang-orang tak mampu? Ya, tebakan anda benar, syarat terpenting dari beasiswa tersebut adalah memiliki “Surat Keterengan Tidak Mampu”. Surat yang amat berlawanan dengan keadaan mereka sesungguhnya, dan mereka rela mendapatkan surat kebohongan tersebut demi sejumlah uang yang tak seberapa.
Ada hal yang lucu dari pelaksanaan korupsi ini, hal lucu tersebut adalah ..
Ketika ada orang yang menasihati mereka untuk tidak melakukannya, mereka justru menjawab dengan jawaban seperti ini “alah tak usah munafik kau, lagipula uang ini memang akan lebih baik bila kita yang gunakan, jika kita tidak mengambilnya nanti uangnya akan kemana? Pasti akan diambil oleh mereka-mereka yang tidak bertanggung jawab diatas sana. Jadi menurutku lebih baik kita gunakan saja uangnya, toh uang ini memang ditujukan untuk kita para mahasiswa”.
Sekarang saya minta anda pahami kata-kata diatas dan gunakan hati nurani kalian yang terdalam. Pikirkan dengan seksama,
-          Apakah kata-kata tersebut pantas keluar dari mulut seorang mahasiswa?
-          Apakah kata-kata tersebut menggambarkan bahwa mahasiswa-mahasiswa di Negara kita adalah mahasiswa harapan ang akan bertingkah jujur dan memperbaiki bangsa kita kedepannya nanti?
-          Dan apakah yang membedakan perkataan tersebut dengan perkataan yang keluar dari mulut seorang Koruptor?!!!!!!!
Pernah kah anda membayang kan seorang koruptor ketika sebelum mengambil uang yang bukan haknya tersebut berkata seperti ini “alah dari pada nih uang nanti jatoh ketangan orang-orang gak jelas, dan dipakai cuma buat main judi. Mending uang ini kuambil untuk membiayai seluruh anggota keluargaku, untuk mempenuhi setiap kebutuhanku dan untuk menyenangkan seluruh hati keluargaku serta mencerdaskan anak-anakku”.
Sekarang apa yang anda pikirkan?
Saya tak pernah berniat menjadi seorang provokator atau orang yang sok suci dengan memberikan anda ceramah panjang macam ini. Saya hanya seorang pemuda Indonesia yang menginginkan negaranya bangkit berdiri, seorang pemuda yang ingin masyarakat di negaranya maju dan tidak lagi dalam keadaan mengenaskan macam sekarang. Saya hanya ingin melihat saya dan kalian semua berdiri sejajar dengan orang-orang di Negara maju sana yang selama ini merendahkan kita.
Jujur, artikel ini saya ketik setelah saya shalat subuh dalam keadaan air mata yang mengalir membasahi pipi karena saya marah, saya kesal, saya benci, namun saya masih menaruh harapan pada Negara saya.
Melihat mahasiwa dan mahasiswi yang nantinya menjadi penerus bangsa, mereka yang diharapkan akan mampu membawa perubahan ke arah postif untuk bangsa jutru melakukan hal tersebut dengan seenaknya. Membuat alasan-alasan tak logis demi mendapatkan yang mereka butuhkan. Sunggugh merupakan gambaran yang sangat kelam dari para penerus bangsa ini.
Mungkin ini lah waktu kita untuk mengingat dan merenungkan cerita tentang “Joker” tadi, dimana ia yang jahat tersebut menguji batas nurani manusia dengan pertanyaan simple. “Masihkah anda akan menjadi orang baik ketika anda digiurkan dengan uang/harta, dan masihkah anda mampu menjaga nurani anda ketika anda dalam keadaan yang terdesak”.
Pertanyaan dari Joker itu terus terngiang sampai detik ini ditelinga saya, apa hanya segini kualitas hati nurani kita sebagai manusia?
Apakah anda yang sudah terlanjur melakukan korupsi macam tadi akan terus melanjutkannya? Apakah jika uang beasiswa tersebut tak kita ambil dan pada akhirnya uang tersebut dikorupsi oleh para pejabat maka kita boleh melakukan hal semacam itu?
Apakah hanya sebatas itu hati nurani kita sebagai manusia? Tidakkah kita bangkit dan memikirkan cara untuk memberantas koruptor-koruptor yang akan mengkorupsi uang beasiswa yang tak kita ambil tersebut, bukan justru kita ikut terjun melakukan praktek korupsi. Bukan kah jika kita melakukan hal tersebut membuat kita tak ada bedanya dengan  mereka para Koruptor.

Wahai ibu pertiwi, maafkan kami yang t6erus merendahkan dirimu demi kebutuhan terhadap diri kami.
Wahai ibu pertiwi, maafkan kami yang tak berdaya mengangkatmu karena kami tak lagi memiliki hati nurani.
Wahai ibu pertiwi masih sempatkah kami melihatmu berdiri sebelum hidup laknat kami ini  diambil kembali oleh Tuhan?
Maaf ibu pertiwi …

Mereka (Kami) mahasiswa ternyat tak lebih dari seorang Koruptor.

Rabu, 19 Maret 2014

Sebuah Peraturan

motor mungkin masih tergiur dengan lengangnya jalur khusus untuk bus Transjakarta. Apalagi ditambah saat ini Musim hujan yang masih berlangsung. Jika masih terjadi musim hujan seperti ini , dapat dipastikan jalanan macet. Dan kalo macet para pengendara motor ga sabaran , jadi banyak pengendara motor yang langsung banting stir untuk lewat jalur busway yang padahal jalur itu di khususin hanya untuk bus Transjakarta saja.
Ya , namanya juga pengendara motor di ibu kota semuanya pada pengen duluan , pengen cepet sampe duluan jadi jalur khusus buat busway pun mereka terobos yang penting cepet sampe tujuan. Berbagai cara telah dilakukan pemprov DKI Jakarta dan peraturan yang terbaru ialah peraturan untuk para pengendara yang melewati jalur busway akan dikenakan denda Rp.500.000 untuk pengendara motor dan Rp. 1.000.000 untuk pengendara mobil. Tapi peraturan tersebut nyatanya tidak diindahkan para pengguna jalan.
Namun peraturan tersebut nyatanya tidak membuat para penerobos jalur busway jera tetapi mereka malah mengulanginya karena kenyataannya denda menerobos jalus busway tidak sesuai dengan peraturan pemprov DKI.


Peraturan tentunya dibuat untuk kebakan kita bersama. Gak ada salahnya kalu peraturan kita ikuti, lebih baik lagi jika kita beralih transportasi yang tadinya memakai kendaraan pribadi sekarang beralih ke bus transjakarta secara ga langsung kita membantu pemerintah untuk meminimalisir kemacetan di ibukota  tercinta ini.

Janji Manis ( puisi )

Janji-janji manisnya  mulai disebarkan
Memberi harapan
Lalu melupakan
Berharap .. berharap .. berharap datangnya sebuah keajaiban
Yaa.. itulah yang hanya bisa kami lakukan
Tahun demi tahun berganti ..
Tapi apa?!
Perubahan tak kunjung datang
Hanya menambah benih-benih kesengsaraan
Oh Tuhan ..
Apakah ini cobaan?
Ataukah proses kemenangan?


By: eBoy

Tahun Politik, Awas Ditipu Politikus

Tahun Politik, Awas Ditipu Politikus
Kampanye terbuka sudah dimulai dan semua partai mulai kampanye secara terang-terangan di berbagai tempat dan media. Hingga waktu yang saya sendiri belum tahu kapan, pemandangan kita akan dikotori oleh gambar-gambar orang yang belum kita kenal. Beberapa media yang notabene pemiliknya adalah seorang politikus atau kerabatnya politikus akan sibuk meng-ekspos kekurangan politikus lain beserta partainya yang menjadi lawan dari sang pemilik media. Bahkan, para pejabat pemerintahan yang seharusnya mengurus Negara memohon izin untuk bergabung bersama partainya untuk ikut berkampanye demi mempertahankan kursi di pemerintahan selanjutnya. Tak adalagi teman dalam setahun ini, semua akan saling menjatuhkan. Menghalalkan segala cara agar menang dan sebisa mungkin menyembunyikannya dari media ataupun KPU.
Dari semua yang saya jabarkan diatas, kalimat terakhirlah yang harus anda amati baik-baik. Mereka, manusia-manusia yang sedang bertempur mati-matian akan melakukan segala cara demi memenangkan pertempuran ini. Segala cara berarti tidak dengan melulu cara yang baik, melainkan cara-cara yang tidak sportif. Para elit partai mereka tentunya akan mendukung segala cara yang membuat posisinya aman dan partainya menang, dan sebisa mungkin menutupi segala kesalahan yang dibuat partainya. Pertanyaannya, bagaimana mereka menutupi kasus-kasus pelanggaran tersebut? \
Ada yang tahu?
Berdasarkan apa yang saya ketahui, yang akan dilakukan para peserta tempur tersebut adalah membuat pengalih perhatian sebanyak-banyaknya.
Bagaimana caranya?
Caranya adalah dengan membuat berita-berita tak penting atau mebesar-besarkan berita yang sebenarnya tak penting, atau bisa juga membesar-besarkan masalah penting yang sebenarnya tak sebesar itu. Bingung? Sabar, akan saya jelaskan secara terperinci.
Apa anda suka menonton TV, atau melihat-lihat situs berita akhir-akhir ini? Jika iya, saya rasa yang anda lihat sama seperti saya. Mulai dari kasus yang gak penting sama sekali seperti kasus cerai Ayu Ting Ting, Farhat Abbas, sampai pemberitaan soal Al anak Ahmad Dhani yang isinya cuma pua-puji fisiknya yang memang sudah cakep dari kecil. Lalu ada kasus agak penting semacam kasus UGB yang menipu pasiennya (namun tak perlu dibesar-besarkan macam sekarang ini kan?), dan beberapa kasus penting yang seolah dibesar-besarkan seperti “kabut asap di Riau”.
Stop!
Jangan marah dulu baca tulisan “kabut asap Riau”. Ada alasan mengapa saya menyebut kasus asap Riau ini dibesar-besarkan. Sebelum anda marah, maka baca dulu penjelasan saya dibawah ini:
Sudah agak lama berita tentang kabut asap mengepung provinsi Riau (catat ini, provinsi, bukan kota lagi mainannya). Dari yang awalnya asap tersebut terbawa angin ke timur dan asapnya sampai ke Singapura dan Malaysia, hingga kini angin berbalik ke barat dan asapnya sekarang menyelimuti bagian barat Riau hingga ke provinsi Sumatera Barat. Selama ini, diberbagai media banyak terdengar berita yang begitu menggambarkan keadaan Riau yang sangat parah, mulai dari rakyat yang sudah mulai sakit hingga udara bersih yang tinggal beberapa persen lagi di Riau.
Prihatin, ya kita pasti prihatin. Bukan hanya anda, saya pun prihatin karena didaerah Sumatera Barat saya memiliki saudara yang terkena asap walau tak separah yang di Riau. Sejak awal pemberitaan ini saya sangat marah dan mengecam Pemerintah karena lamban dalam mengambil kebijakan untuk menyelesaikan masalah ini. Sampai beberapa hari yang lalu saya dibuat terkejut oleh suatu kejadian.
Ada kejadian lucu yang terjadi baru beberapa hari yang lalu dan itu ditonton oleh 1 keluarga saya atau mungkin anda yang sekarang sedang membaca artikel ini. Pada waktu itu saya lupa tanggal berapa, kira-kira pukul 10 pagi saya dan keluarga sedang sarapan pagi sambil bercengkrama karena saya baru pulang setelah 3 minggu meninggakan rumah untuk kuliah (anak kosan).
Saat itu kami sedang asyik menonton TV yang menyiarkan berita tentang kabut asap yang sudah kronis di Riau, seperti yang sudah saya sebutkan diatas beritanya begitu membuat kami sedih. Lalu setelah agak bosan menonton berita yang diulang-ulang nyaris setengah jam, ibu saya yang suka nonton gosip memindahkan chanel TV ke stasiun TV lain dan terkejut lah kami. Saat itu salah satu stasiun TV yang kami tonton sedang menayangkan acara infotaiment yang sedang mengadakan kuis telepon (macam di P*sbuker atau YK* dll). Tak ada yang aneh memang dengan kuisnya, yang menurut saya aneh itu adalah peserta kuisnya. Peserta kuis tersebut adalah seorang pria yang saat ditanya alamatnya dimana, dia menjawab dengan lugas bahwa dia menelpon dari “Pekan Baru, Riau”.
Baiklah, sampai sini apakah anda sudah menemukan sesuatu yang mengganjal? Jika belum mari baca lagi.
Mana mungkin ada warga yang sedang terkena bencana yang sebegitu parah masih sempat menonton TV dan menelpon untuk mengikuti kuis berhadiah? Dan yang lebih lucunya lagi, ketika si penelpon menjawab dengan benar pertanyaan yang amat gampang dari si presenter, dia begitu terlihat gembira. Lucu gak sih? Kalau emang Riau sedang terkena kabut asap yang amat parah kenapa dia gak nelpon buat minta tolong? Jelas-jelas dia mengaku beralamat di Pekan Baru, Riau yang merupakan salah satu titik terparah dari kabut asap, dan tak mungkin juga orang dipengungsian masih sempat menonton TV apalagi kepikiran untuk ikut kuis bukan?
So, dari cerita saya diatas. Saya jadi ragu, apa benar Riau separah itu? Kenapa ada warganya yang masih bisa santai-santai? Sejak itu mulailah timbul kecurigaan saya, jangan-jangan semua berita tentang Riau ini sengaja dibesar-besarkan oleh media yang notabene milik para petinggi partai politik yang sedang bertempur tadi. Berita Riau yang pastinya menguras emosi warga Indonesia sengaja dibesar-besarkan agar saya, anda, dan kita semua rakyat Indonesia tak memperhatikan lagi gerak-gerik mereka. Semua berita tersebut dijadikan pengalih perhatian dari segala kecurangan-kecurangan yang mereka perbuat.
Tapi saya tidak memprovokasi anda untuk tidak menolong atau memperhatikan Riau loh ya? Saya Cuma mengajukan teori yang terpikir di otak saya. Ayo tetap bantu Riau tapi tolong pahami maksud artikel saya.
Tentu bukan hanya masalah-masalah Riau dan yang sudah saya paparkan diatas, masih banyak lagi masalah yang kedepannya akan begitu dibesar-besarkan. Pesan saya setelah anda membaca artikel ini, mulailah wapada dan jangan mudah tertipu pada pengalih-pengalih perhatian yang diciptakan para manusia-manusia rakus kekuasaan itu. Ayo kritis dan pasang mata serta telinga lebar-lebar.
Tahun ini adalah tahun politik, tahun yang menentukan nasib Negara kita 5 tahun kedepan. Jika anda salah pilih dengan memilih orang yang salah maka anda salah satu orang yang bertanggung jawab atas kehancuran Negara kita.

So, meminjam slogan bang Napi saya berpesan kepada anda, Waspadalah !!!

Kecewa Jokowi Nyapres !

Kecewa Jokowi Nyapres !
Berita ini saya ketahui melalui twitter ketika saya berada di dalam kereta Commuter Line, dalam perjalanan pulang ke rumah tercinta di Bekasi. Terkejut, itu reaksi pertama saya ketika membacanya.
Apa alasan saya harus terkejut? Bukankah dalam beberapa bulan terkahir Pak Jokowi memang terdengar santer diberitakan menjadi kandidat kuat Calon Presiden dari PDI-P?
Ya, saya tahu itu semua. Tapi melihat pola tingkah laku Pak Jokowi di TV dengan segala kerendahan hatinya, saya sangat percaya diri bahwa beliau akan menolak tawaran tersebut sekalipun itu permintaan dari ketua umum partai yang membesarkan namanya. Namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Seluruh kepercayaan saya luntur dalam sedetik ketika membaca berita tersebut, Pak Jokowi benar-benar Nyapres.
Namun dibalik semua kekecewaan saya, terbesit sebuah teori politik dalam pikiran, dan itu saya namakan “Teori Politik Somplak”. Sebalum saya jelaskan tentang teori tersebut, saya mau sedikit bercerita. Saya masih 19 tahun, jika diberi umur oleh Tuhan Yang Maha Esa, maka tahun ini adalah pertama kalinya saya mengikuti PEMILU. Karena status saya yang merupakan seorang mahasiswa jurusan sosial, maka saya pun secara tidak langsung ditarik masuk untuk menyelami dunia politik bangsa kita. Saya bukanlah pendukung PDI-P atau kader partai lain selain PDI-P. Bahkan sejak kecil saya sudah mendapat doktrin dari orang-orang terdekat bahwa Megawati itu tak layak menjadi seorang Presiden, sehingga dalam diri saya tertanamlah sedikit rasa kurang suka kepada ibu Megawati. Namun dibalik kekurang sukaan saya kepada sang anak proklamator. Saya akui bahwa partainya lah yang akhir-akhir ini paling atraktif dalam menelurkan pemimpin-pemimpin muda yang sampai detik ini saya anggap baik, sepertu pak Jokowi dan Ganjar Pranowo sang Gubernur Jawa Tengah. Kharisma pemimpin-pemimpin baru ini saya anggap jauh diatas ketua umum partainya yang berkali-kali gagal dalam PEMILU.
Tahun ini, menjelang PEMILU 2014 partai politik sudah mondar-mandir dibanyak media mulai dari Televisi, Koran bahkan sampai baliho dipinggir jalan. Dari semua berita politik tersebut, yang paling menarik perhatian saya adalah kemenangan mutlak Jokowi atas survey Calon Presiden dari berbagai lembaga survey di Indonesia. Menurut saya, tentu saja hal tersebut membuat bingung seluruh petinggi partai di Indonesia, bertahun-tahun mereka berperang strategi demi mendapatkan kursi nomor 1 di Indonesia dengan lawan yang itu-itu saja. Dan tiba-tiba kalah begitu saja oleh sesosok manusia baru yang berasal dari kota kecil yang tak sengaja dicalonkan mejadi Gubernur Jakarta.
Tak ada yang menyangka Pak Jokowi si mantan walikota Solo merangsak naik menjadi politikus paling populer di Indonesia dengan segala kebijakannya yang sedikit demi sedikit berhasil membenahi keruuwetan Jakarta. Saya berani menjamin bahwa ibu Megawati Soekarnoputri sendiri tak pernah menyangka bahwa orang yang dicalonkan partainya tersebut mampu sepopuler itu, bahkan jauh meninggalkan dirinya. Beberapa tahun yang lalu sempat santer terdengar kabar bahwa apabila Bu Mega tak lagi mencalonkan diri sebagai Calon Presiden, maka kandidat kuat penggantinya ya tak lain dan tak bukan adalah Puan putrinya.
Sekarang kita masuk ke “Teori Somplak” saya. Bu Mega yang selama ini ngebet ingin menjadi Presiden tahu bahwa dirinya tetap tak akan menang tahun ini, dan karena salah satu anak dari partainya yaitu pak Jokowi menjadi calon terkuat pada PEMILU kali ini maka diambilah jalan tengah yaitu “jadikan Jokowi presiden”. Skenario tersebut secara tidak langsung menjadikan bu Mega Presidennya Presiden ketika Pak Jokowi terpilih menjadi Presiden. Mengapa demikian?
Pernah kah anda terpikir? Mana yang lebih tinggi jabatannya, Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau Ketua Umum sebuah partai di Indonesia? Coba gunakan logika anda, Gubernur adalah kepala tertinggi dari sebuah provinsi yang didalamnya terdapat banyak rakyat yang bergantung kepadanya, sedangkan seorang ketua partai? Ada tak ada dirinya maupun partainya apakah berdampak buat Negara? Saya rasa tidak sama sekali. Ya walaupun Pak Jokowi memang menjadi Gubernur Jakarta karena dicalonkan PDI-P, toh itu bukan jadi alasan utuk pak Jokowi harus menurut kepada semua hal yang diperintahkan oleh ketua partainya.
Jika saat menjadi Gubernur saja pak Jokowi masih menurut dengan segala perkataan ketua partainya, bukan tidak mungkin beliau akan tetap menurut ketika beliau menjadi seorang Presiden tadi. Dan bila “Teori Somplak” saya ini benar-benar terjadi maka itu sama saja kemenangan untuk bu Mega. Walaupun beliau tak menjadi seorang Presiden, namun beliaulah otak dari sang Presiden. Coba pikirkan pernyataan saya dibawah ini:
Di awal-awal masa jabatannya dahulu, pak Jokowi dan pasangannya Ahok langsung menggebrak Jakarta dengan berbagai eksekusi programnya, dan hal tersebut disambut baik oleh banyak warga Jakarta yang akhirnya mengantarkan Jokowi ke tangga tertinggi dalam setiap survey Calon Presiden. Namun entah ini hanya perasaan saya tau andapun merasakannya. Akhir-akhir ini saya merasa banyak kebijakan dari pemerintahan pak Jokowi yang melempem. Dan berdasarkan teori saya tadi sebab itu semua adalah karena pak Jokowi sedang banyak-banyaknya didoktrin untuk menjadi Presiden. Mungkin sekarang, setiap malam beliau dan timnya sedang sibuk menyusun program untuk masa jabatan bila dia terpilih sebagai Presiden nanti. Dan itu semua membuat konsentrasi belau dalam membenahi Jakarta menjadi jauh berkurang.
Pak Jokowi, anda adalah pemimpin Jakarta dan sebelum masa jabatan anda berakhir nanti. Saya dan teman-teman tetap akan menganggap anda seorang Gubernur Jakarta yang nyaris berhasil membenahi Jakarta. Dan maafkan segala tulisan saya ini, karena saya dan komunitas saya ini dengan tegas sangat menyesalkan keputusan anda. Banyak orang mengenal anda karena anda menjadi gubernur Jakarta, jika bukan karena itu mungkin kami tak pernah memperdulikan keberadaan anda. Tugas anda untuk Jakarta belum selesai Pak. Masih sangat banyak PR untuk anda di Jakarta, biarkan orang baik lain yang natinya mejadi Presiden Negara kita. Jika bapak naik nanti, saya khawatir bapak hanya akan menjadi boneka yang didikendalikan oleh partai yang amat bapak patuhi itu.
Jadi saya dan teman-teman saya dari Crayon Social Art amat sangat meminta bapak untuk berhenti dari niat bapak itu selagi belum terlambat. Terima kasih dan salam hormat saya.


Create: Ale

Sabtu, 08 Maret 2014

Generasi Pemuda Tanpa Korupsi

Generasi Muda Tanpa Korupsi
            Mungkin sebagian orang hanya sebatas mengetahui tanggal 10 tersebut sebagai hari Pahlawan tanpa berpartisipasi lebih jauh lagi. Bahkan mungkin anak muda zaman sekarang yang mereka kenal sebagai Pahlawan hanya Soekarno-Hatta padahal jumlah Pahlawan di Indonesia lebih dari 30 Pahlawan.
            Di zaman yang modern sekarang apakah masih ada seseorang yang kita anggap sebagai Pahlawan di Negara Indonesia tercinta ini? Apakah masih ada seseorang yang peduli tentang carut marut nya keadaan Politik, sosial, ekonomi dan maraknya korupsi di Negara kita ini? Mungkin jika Para Pahlawan masih hidup dan mengetahui bagaimana keadaan Indonesia saat ini ia akan kecewa bahkan menangis karna apa yang mereka perjuangkan dahulu tidak sebanding dengan apa yang kita lakukan saat ini. Yang kita lakukan di zaman sekarang ini sebenarnya hanya meneruskan apa yang telah para Pahlawan dulu perjuangkan dengan cara berani untuk jujur dan katakan tidak pada korupsi. Karna jika semakin banyak yang Korupsi, ini berarti sama saja Indonesia dijajah oleh Negara nya sendiri. Di Tahun 2013 ini Indonesia menempati peringkat ke 118 dari daftar peringkat indeks persepsi korupsi 174 negara dunia. Korupsi saat ini memang bukan hal yang tabuh atau jarang didengar bahkan sudah menjadi hal biasa bahkan menjadi hal wajib yang harus diberitakan di Media cetak atau elektronik. Manusia “senayan” yang terhormat itu hanya mementingkan pribadi dan loyalitas partai tanpa memikirkaln keadaan rakyat. Mereka hanya “mempertebal” uang pribadi mereka dengan menghalalkan segala cara.
Lalu rakyat seperti kita harus percaya kepada siapa? bahkan Seorang Dr. H.M. Akil Mochtar, S.H., M.H. Yaitu Ketua lembaga Tinggi Mahkamah Konstitusi yang kita hormati dan terpercaya saja dapat melakukan hal suap, gratifikasi, dan pencucian uang, bahkan Akil juga positif menggunakan narkoba. Miris memang Lembaga tinggi yang menyuruh kita agar taat hukum tetapi malah sang Ketua melakukan  pelanggaran Hukum. Namun ada lembaga yang membuat kita agak sedikit lega karena Saat ini Indonesia mempunyai lembaga pemberantas Korupsi yaitu KPK yang didirikan tahun 2003, KPK mampu mengungkap keterlibatan para pejabat dalam menyelewengkan uang Negara atau menyalahgunakan jabatannya.
Apa ini yang diingin kan para Pahlawan kita? lalu apa guna generasi muda bagi bangsa indonesia ini? Sebagai generasi muda seharusnya kita membuat Indonesia menjadi lebih baik bukan membuat Indonesia semakin memburuk.

Indonesia diramalkan akan menjadi Negara adidaya pada tahun 2025, Negara ini tidak akan menjadi Negara adidaya jika generasi muda hanya diam saja dan hanya mementingkan masalah percintaan tanpa mementingkan Negara Indonesia ini. Karna Negara Indonesia akan menjadi Negara Adidaya jika para generasi muda bersatu membentuk Indonesia menjadi lebih baik dan yang penting mulai dibiasakan dari sekarang untuk berkata tidak pada korupsi .