Kemanakah
yang bersuara !!
Ketika
dulu saya duduk di bangku SMA bayang tentang menjadi seorang mahasiswa sudah
ada di bayang bayang, ketika itu di pikiran saya menjadi mahasiswa adalah hal
terlihat menantang, menarik dan pastilah berteriak-teriak untuk membongkar apa
yang kita anggap hal yang salah, apa lagi di tv selalu terlihat aksi aksi
solidaritas mereka di jalan untuk menuntut kasus ataupun sekedar aksi kecil
untuk aparatur pemerintah yang melakukan kesalahan, sungguhlah hal yang sangat
menantang adrenalin, disaat kita berhadapan dengan para polisi yang mengawal
kita saat aksi dan berteriak langtang untuk mereka kaum berdasi lapar di senayan atau untuk mereka
yang membunuh para orang orang benar di negeri ini, namun ketika saya masuk
kuliah di salah satu Universitas negeri di Jakarta hal itu hanyalah bayangan
iya hanya bayangan semata .
Ketika
saya berstatus mahasiswa, tak terlihat aksi aksi itu lagi, apa negeri ini sudah
kembali pada trek positif yang di dambakan orang kebanyakan?? Apakah negeri ini
telah insyaf dan bangun dari mimpi buruknya selama ini?? Salah besar ketika
kita ucapkan itu, negeri ini masi porak poranda dengan manusia manusia rakus
yang hingar di atas puncak jabatan mereka, masih lapar belum kenyang memakan
yang bukan haknya, ketika hal itu saya sadari timbulah pertanyaan dimakah yang
bersuara itu?? Kemanakah mereka tak terlihat di jalan meneriakan apa yang
seharusnya mereka teriakan.
Kenyakinan
saya bertambah, ketika salah satu sahabat karib saya berkata “ Mahasiswa kita
telah bisu, tak lagi bisa bicara “. Ketika itu hati saya bergetar keras seakan
menerima kabar buruk, jelas kabar ini sangatlah buruk untuk kita semuanya,
kabar yang sangat tak mengenakan sama sekali apa lagi kita yang masih
berseragam almamater kampus masing masing. Kenapa saya beranggapan seperti itu,
saya teringat cerita teman dulu ketika masih semester 1, ketika dia sedang naik
angkutan umum, kala itu buming isu kenaikan harga BBM, teman bercerita di dalam
angkot dengan si supir yang terlihat agak kritis menanggapi hal kenaikan BBM
menurut versi ia sebagai supir angkot, ketika itu teman saya bertanya “ kenapa
engga demo ajah pak ama supir yang lain “. Mungkin pertanyaan dasar ketika kita
berada di posisi itu, si sopir menjawab pertanyaan tadi dengan enteng “ yaaa,
kita mah nunggu mahasiswa tong, mahasiswa yang gerak duluan kita bakal ngikut
di belakangya “. Dari cerita ni saya sedikit kagum, berarti inilah tugas
mahasiswa, menyampaikan aspirasi rakyat, dan rakyat juga bergantung pada kita
mahasiswa, bagaimana mau menyamoaikan aspirasi jika ksebagaian besar mahasiwa
diam, saya kira hanya dikampus saya yang
demikian, namun ternyata di kampus lain juga seperti itu, apakah mereka bosan
dengan aksi semacam itu?? Pertanyaan besar buat kita kaum penerus.
Mungkin
karena zaman teknologi yang apa apa bisa kita lakukan dengan tombol dan
berkicau di semua sosial media, namun apakah dengan berkicau kita bisa merubah
semuanya?? Saya jadi teringat salah satu aksi mural di jalan yang meneriakan
kalimat “ lebih baik 1 tindakan dari pada 1000 kali berkicau “. Mungkin benar
kalimat itu, berkicau sama dengan tak bertindak jika tak bertindak tak ada
perubahan, seperti halnya mobil mogok, jika kita hanya berteriak “ mobil ayoo
jalan “ apakah mobil akan bergerak?? Jawabnya pastilah tidak, butuh tindakan
yaitu mendorongnya dengan tenaga.
Semoga
zaman bisu ini berlalu, dan semua pemuda bukan hanya mahasiswa bisa kembali
berteriak melawan ketidak benaran bukan hanya bisu bukan hanya berdiam diri dan
berkicau di jejarin sosial saja, tapi mulai sedikit melakukan aksi aksi kecil
untuk kembali balikan gairah untuk menentang ketidak benaran .
Created : Docallisme Feat
Crayon Social Art
Tidak ada komentar:
Posting Komentar